/Surat Pertama/ MENCINTAI SUNYI (Pilihan Hidup Yang Tidak Sederhana) “Lebih baik mencintai sunyi karena ia tidak pernah mengkhianatimu. Daripada mencintai dia yang tidak pernah mengerti kesunyianmu.” Ina yang baik, Saya menulis ini karena pertemuan kita tidak sekadar bertemu, chatting kita bukan curhat murahan, dan tertawamu sudah berkali-kali mengganggu pikiranku. Ya, dada ini bergetar karena engkau, dan itu saya terjemahkan ke dalam catatan sederhana ini. Barangkali hati yang berbicara dan pikiran berusaha mengerti apa artinya engkau dan aku di sebuah perjalanan sunyi ziarah panggilan. Kita pada mulanya terbentuk pada ruang suci Rahim Ibunda. Kita berada dalam kesunyian. Berkembang dalam kurun waktu sembilan bulan tanpa hiruk-pikuk metropolitan. Kita pada mulanya adalah kesunyian. Namun akhirnya juga kita adalah kesunyian – terbaring mati sendiri dikandung tanah. Iya, kesunyian adal...