Langsung ke konten utama

Lelaki Pengikut Firman Menulis Aforisme (untuk Ina, gadis Timor permata Tuhan)







(1)


“Lebih baik mencintai sunyi karena ia tidak pernah mengkhianatimu, daripada mencintai dia yang tidak pernah mengerti kesunyiannmu.”


(2)


“Aku tanpa engkau adalah sayap-sayap patah. Janganlah terbang menjauh sebab sayapku adalah sayapmu. Jika engkau jauh, sayapku akan patah dan aku jatuh ke bumi yang mengurung kebebasanku.”


 (3)


“Perempuan adalah singgasan segala keindahan, dan aku suka sekali memandang, lalu mengagumi dan merasakan jatuh cinta itu sederhana.”


(4)


“Dari jendela kamar makan aku baru mengerti: seorang perempuan tampak cantik jika ia bersolek di dapur.”


(5)


“Mencintaimu berarti menghargai kebebasanmu; rindu kita bebas mencintai dan mencintai dengan bebas. Engkau punya pilihan dan aku punya pilihan. Engkau memilih adalah pilihanmu dan aku punya pilihan untuk tidak melarangmu memilih. Namun engkau perlu tahu bahwa engkau adalah pilihanku, dan aku menyadari bahwa aku belum tentu jadi pilihanmu. Biarlah kita saling menghargai dan bebas memilih pilihan kita.”


(6)


“Selama aku berpikir, selama itu juga aku memikirkan engkau. Ingatanku adalah engkau, Ina. Bisa jadi, mencintaimu adalah jalan terbaik untuk mengerti kebijaksanaan hidup sebagai manusia laki-laki dan perempuan.”


(7)


“Hadirmu membuat aku bernapas lebih baik di dalam kesunyian ini. Engkau pemberi hidup, dan aku merasa hidup jika hidup ‘bersamamu’.


 (8)


“Ciuman adalah gelora paling dalam dari kehidupan. Karena itu kita bertemu dan ingin selalu bertemu lalu saling mengerti sebagai pribadi yang matang dalam cinta.”


(9)


“Aku akan merasakan takut yang sangat ketika engkau mencoba membelakangiku; menghindar dari usahaku untuk memaafkanmu.”


(10)


“Merindukanmu adalah salah satu bentuk penghargaanku terhadap cinta.”


 (11)


“Musik adalah irama jiwamu dan puisi adalah gairah hidupku. Keduanya, musik dan puisi sama-sama hidup dari perasaan.”



Komentar

Postingan populer dari blog ini

WAJAHMU

Untukmu, Perempuan yang Berwajah “ Wajah perempuan adalah langit malam purnama. Merona dengan kemesraan yang dalam. Lelaki yang memandangnya hanya bisa memandang penuh kagum sejuta puji, tetapi tak pernah bisa meraih keadalaman rahasia wajah bulan purnama dari seorang perempuan. Wajah perempuan, cahaya permata yaspis, cemerlang bintang kejora, milikmu! Aku ingin merangkulnya dengan ciuman-ciuman .” ~Edy Soge Ef Er~   Hello Puan, Tangan Tuhan telah membentukmu dengan keagungan dan kecantikan. Perempuan, siapa pun dia, hitam atau putih, cantik atau norak, mulus atau menor, ia tetap indah. Hati perempuan tetap indah. Itu tak tergantikan. Pancaran sinar hati terbit di dua pasang mata lalu cahaya itu merebak ke saraf-saraf di seputar wajah, kedua pasang pipi memerah dan wajah tampak bersinar bagai purnama, bagai kejora, bagai permata yaspis. Tuhan menciptakan perempuan sebagai keindahan. Karena itu saya sering mengakui dan tetap yakin bahwa perempuan adalah singgasana segala k...

MENDAMBA SAMBA

Mendamba Samba        :a.c Bukan lelucuan tanpa romansa Saat santai kau dekatkan sapa rasa Membuncah ria menari jemari menyentuh bahu Kau poles jiwaku dengan canda yang kutahu Putri samba kumendamba Rekah bibir yang jujur Tawamu membawaku ke laut senyuman kau pandai mengganggu riak jiwaku mengagumimu belum cukup mendoakanmu belum tentu sempurna terpaksa aku mengerti dirimu dengan kata hati Auciliana Costa, putri Samba kumendamba   Hewa, Juni 2016 Mendamba Samba        :a.c Bukan lelucuan tanpa romansa Saat santai kau dekatkan sapa rasa Membuncah ria menari jemari menyentuh bahu Kau poles jiwaku dengan canda yang kutahu Putri samba kumendamba Rekah bibir yang jujur Tawamu membawaku ke laut senyuman kau pandai mengganggu riak jiwaku mengagumimu belum cukup mendoakanmu belum tentu sempurna terpaksa aku mengerti dirimu dengan kata hati Auciliana Cos...

Via Dolorosa Tuhan dan Pandemi Covid-19

“Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga… tabir bait suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah.”  (Mat27:45,51) Saya membayangkan suatu dunia yang sepi dan diliputi ketakutan. Dunia itu ibarat Golgota Tuhan. Banyak orang di sana. Berada dalam ketidaktentuan pilihan dan jawaban. Sebab imaji Golgota adalah ‘tengkorak’ (place of the skull), malam gelap wajah kematian, deru gemuruh malapetaka, segenap jasad berlabuh di sana. Orang-orang menjadi takut dan Tuhan sungguh amat kesepian ditinggal Bapa. Namun iman menjadi terang benderang di hadapan tapal batas kehidupan. Meski ditinggal Bapa Tuhan masih tetap pasrah, “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Meski takut kepala pasukan tetap mengakui pribadi Ilahi Yesus, “Sungguh orang ini Anak Allah”. Penyamun tersalib menyadari imannya, “Yesus, ingatlah aku apabila Engkau datang sebagai Raja.” Iman kita diuji di dalam penderi...